Perlawanan dalam negeri terhadap apartheid di Afrika Selatan

Pemberontakan dalam negeri terhadap apartheid

Nelson Mandela membakar buku izin masuk miliknya pada tahun 1960 sebagai bagian dari kampanye pembangkangan sipil
Tanggal17 Desember 1950 – 27 April 1994
(43 tahun, 4 bulan, 1 minggu dan 3 hari)[note 1]
LokasiAfrika Selatan
Hasil

Kebuntuan militer antara MK and satuan pengamanan Afrika Selatan [3][4]
Negosiasi bilateral untuk mengakhiri apartheid[1]

Perubahan
wilayah
Integrasi bantustan, perubahan batas-batas provinsi di Afrika Selatan.
Pihak terlibat
MK (ANC/SACP)
AZANLA (AZAPO)
APLA (PAC)
ARM
SAYRCO
UDF (Pemberontakan anti-kekerasan)[1]
 Uni Afrika Selatan (1948–1961)
 Republik Afrika Selatan (1961–1994)
Tokoh dan pemimpin
Oliver Tambo
Nelson Mandela
Winnie Mandela
Joe Slovo
Joe Modise
Moses Mabhida
Lennox Lagu
Potlako Leballo
John Nyathi Pokela
Afrika Selatan Hendrik Verwoerd
Afrika Selatan John Vorster
Afrika Selatan P. W. Botha
Afrika Selatan F. W. de Klerk
Afrika Selatan Hendrik van den Bergh
Afrika Selatan Dirk Coetzee
Afrika Selatan Eugene de Kock
Korban
21,000 korban meninggal karena kekerasan politik(1948-94)[5]

Perlawanan dalam negeri terhadap apartheid di Afrika Selatan dimulai dari sektor-sektor independen yang ada di masyarakat Afrika Selatan. Gerakan ini bermula dari gerakan sosial, perlawanan tanpa kekerasan hingga perang gerilya. Aksi massa melawan Partai Nasional yang merupakan partai yang berkuasa, lalu dipasangkan dengan tumbuhnya isolasi internasional Afrika Selatan serta sanksi ekonomi adalah instrumen yang menjadi penggerak negosiasi untuk mengakhiri apartheid. Gerakan ini secara resmi dimulai pada tahun 1990 dan berakhir dengan pemilihan multiras pertama di bawah hak pilih universal pada tahun 1994.[6][7]

Apartheid diadopsi sebagai kebijakan resmi pemerintah Afrika Selatan oleh Partai Nasional (NP). Keputusan ini mengikuti kemenangan mereka pada pemilihan umum tahun 1948.[8] Pada awal dekade 1950an, Kongres Nasional Afrika (ANC) memulai Kampanye Bantahan sebagai bentuk perlawanan tanpa kekerasan.[9] Protes-protes pembelotan sipil selanjutnya berfokus pada larangann jam malam, hukum izin masuk dan segregasi "apartheid picik" di fasilitas umum. Beberapa demonstrasi anti-apartheid mengakibatkan kericuhan yang menyebar di Port Elizabeth dan East London pada tahun 1952. Namun, pengrusakan properti tidak secara sengaja dilaksanakan hingga 1959. Tahun itu, kemarahan atas hukum izin masuk dan regulasi lingkungan dianggap tidak adil terhadap petani kulit hitam yang berakibat kepada pembakaran berkala yang menargetkan perkebunan tebu.[10] Organisasi seperti ANC, Partai Komunis Afrika Selatan dan Kongres Pan Afrikanis (PAC) masih berkutat dengan mengorganisir penyerangan siswa dan boikot kerja yang terjadi diantara tahun 1959 dan 1960[11] Mengikuti pembantaian Sharpeville, beberapa gerakan anti-apartheid, termasuk ANC dan PAC, memulai perubahan taktik dari non-kooperatif damai menjadi lebih keras dengan membentuk sayap perlawanan bersenjata.[12]

Serangan massa dan demonstrasi siswa berlanjut hingga dekade 1970-an yang dimotori oleh peningkatan pemecatan ras kulit hitam sekaligus ketidakpopulerannya Perang Perbatasan Afrika Selatan. Pada dekade ini juga, sebuah gerakan asertif muncul, yaitu Black Consciousness Movement.[13] Penindasan yang brutal pada pemberontakan Soweto pada tahun 1976 meradikalisasi generasi aktivis kulit hitam dan meningkatkan kekuatan satuan gerilya ANC, Umkhonto we Sizwe (MK) dalam jumlah yang besar.[14] Dari tahun 1976 hingga 1987, MK telah melakukan serangan bom berantai kepada fasilitas pemerintah, jalur transportasi, pembangkit listrik dan infrastruktur sipil lainnya. Militer Afrika sering membalas mereka dengan menyerang rumah persembunyian ANC yang ada di negara tetangga.[15]

Partai Nasional melakukan beberapa percobaan untuk merubah sistem apartheid yang dimulai dari referendum konstitusional tahun 1983. Referendum ini mengenalkan parlemen parlemen trikameral, yang membolehkan perwakilan ras-ras kulit berwarna dan ras India Afrika Selatan. Akan tetapi, referendum ini tetap mengabaikan hak politis terhadap ras kulit hitam di Afrika Selatan. Kontroversi yang terus berlanjut menimbulkan gelombang baru gerakan sosial anti-apartheid dan kelompok komunitas untuk menyuarakan keinginan mereka melalui barisan politik nasional, yaitu Barisan Demokrat Bersatu (UDF).[7] Dalam waktu bersamaan, perseteruan antar faksi antara ANC, PAC dan Organisasi Masyarakat Azania (AZAPO),yang merupakan satuan militan ketiga meningkat menjadi kekerasan antar kelompok dalam perebutan pengaruh antar tiga kelompok tersebut .[16] Pemerintah mengambil kesempatan untuk mengumumkan keadaan darurat pada tahun 1986 dan menahan ribuan lawan politiknya tanpa melalui persidangan[17]

Negosiasi bilateral rahasia untuk mengakhiri apartheid berlangsung ketika Partai Nasional bereaksi dengan meningkatkan tekanan eksternal dan atmosfer politik yang rusuh.[7] Pimpinan ANC seperti Govan Mbeki dan Walter Sisulu dibebaskan dari penjara diantara tahun 1987 sampai 1989 dan pada tahun 1990, ANC dan PAC secara resmi didaftarkan sebagai organisasi terlarang oleh Presiden F. W. de Klerk dan Nelson Mandela yang telah keluar dari penjara. Pada tahun yang sama, MK mencapai gencatan senjata resmi dengan Pasukan Pertahanan Afrika Selatan. Hukum apartheid selanjutnya dibatalkan pada tanggal 17 Juni 1991, dan negosiasi antar partai pun berlangsung hingga pemilihan umum multiras yang diadakan pada bulan April 1994.[18]

  1. ^ a b Thomas, Scott (1995). The Diplomacy of Liberation: The Foreign Relations of the ANC Since 1960. London: Tauris Academic Studies. hlm. 202–210. ISBN 978-1850439936. 
  2. ^ "The Defiance Campaign". South Africa: Overcoming Apartheid Building Democracy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Desember 2016. Diakses tanggal 3 September 2016. 
  3. ^ du Toit, Pierre (2001). South Africa's Brittle Peace: The Problem of Post-Settlement Violence. Basingstoke: Palgrave-Macmillan. hlm. 90–94. ISBN 978-0333779187. 
  4. ^ Powell, Jonathan (2015). Terrorists at the Table: Why Negotiating is the Only Way to Peace. New York: St. Martin's Press. hlm. 146–147. ISBN 978-1250069887. 
  5. ^ Ugorji, Basil (2012). From Cultural Justice to Inter-Ethnic Mediation: A Reflection on the Possibility of Ethno-Religious Mediation in Africa. Denver: Outskirts Press. hlm. 65–66. ISBN 978-1432788353. 
  6. ^ Tom Lodge, "Action against Apartheid in South Africa, 1983–94", di dalam edisi Adam Roberts dan Timothy Garton Ash , Civil Resistance and Power Politics: The Experience of Non-violent Action from Gandhi to the Present. Oxford & New York: Oxford University Press, 2009, hlm. 213–230. ISBN 978-0-19-955201-6.
  7. ^ a b c Thomas, Scott (Scott M.) (1996). The diplomacy of liberation : the foreign relations of the African National Congress since 1960. London: Tauris Academic Studies. hlm. 202–210. ISBN 1-85043-993-1. OCLC 34053250. 
  8. ^ Ottaway, Marina. (1993). South Africa : the struggle for a new order. Washington, D.C.: Brookings Institution. hlm. 23–26. ISBN 0-8157-6716-1. OCLC 27266917. 
  9. ^ "South Africa: Overcoming Apartheid". web.archive.org. 2016-12-01. Archived from the original on 2016-12-01. Diakses tanggal 2020-07-01. 
  10. ^ Lodge, Tom, 1951- (2011). Sharpeville : an apartheid massacre and its consequences. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-161734-8. OCLC 763161246. 
  11. ^ Lodge, Tim (2011). Sharpeville: An Apartheid Massacre and Its Consequences. Oxford: Oxford University Press. hlm. 31–34. ISBN 978-0192801852. 
  12. ^ Morton, Stephen, (2013). States of emergency : colonialism, literature and law. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 94–96. ISBN 978-1-84631-792-7. OCLC 889958245. 
  13. ^ War and society : the militarisation of South Africa. Cock, Jacklyn., Nathan, Laurie. Cape Town: New Africa Books. 1989. hlm. 135–136. ISBN 0-86486-115-X. OCLC 22432094. 
  14. ^ Ottaway, Marina. (1993). South Africa : the struggle for a new order. Washington, D.C.: Brookings Institution. hlm. 50–52. ISBN 0-8157-6716-1. OCLC 27266917. 
  15. ^ Minter, William, (2008). Apartheid's contras : an inquiry into the roots of war in Angola and Mozambique. Johannesburg: Witwatersrand University Press. hlm. 116–117. ISBN 1-4392-1618-5. OCLC 557493136. 
  16. ^ Mitchell, Thomas G. (2000). Native vs. settler  : ethnic conflict in Israel/Palestine, Northern Ireland, and South Africa. Westport: Greenwood Press. hlm. 195–196. ISBN 0-313-00139-1. OCLC 50321353.  line feed character di |title= pada posisi 20 (bantuan)
  17. ^ Pandey, Satish Chandra. (2006). International terrorism and the contemporary world (edisi ke-1st). New Delhi: Sarup & Sons. hlm. 197–199. ISBN 81-7625-638-2. OCLC 225502634. 
  18. ^ Myre, Greg (18 Juni 1991). "South Africa Ends Racial Classification". Southeast Missourian. Diakses tanggal 1 Juli 2020. 


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag <references group="note"/> yang berkaitan


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search